Kehadiran awal orang Tiong Hoa di Bangka. Kejayaan dinasti QING (1644 – 1912) di Cina dengan keempat kaisar nya selama hampir 300 tahun membawa berkah ekonomi bagi negeri tetangga di Asia Tenggara. Diawali dengan masa pemerintahan kaisar Kangxi yang langgeng selama 61 tahun sejak 1661 hingga 1722, dilanjutkan oleh sang... cucu; kaisar Qianglong yang memegang tampuk kekuasaan selama 60 tahun, sejak 1736-1796 membuat negeri Cina mengalami kemajuan dalam berbagai bidang seni dan budaya, dunia ilmu pengetahuan dan administrasi pemerintahan yang efisien. Ratu Dowager Cixi; selir tingkat lima penerus takhta bahkan secara de facto mampu bertahan selama 47 tahun dari tahun 1861-1908. Kemakmuran Cina pada masa dinasti Qianglong menyerap banyak produk dari negeri-negeri sekitar, termasuk timah Bangka dan Belitung. Cina membutuhkan timah bagi keperluan membuat kertas dupa untuk acara persembahyangan, dicampur dengan logam lain timah akan menurunkan produk berupa kaca, cangkir, tempat lilin dan bejana, dan tak lupa bahwa mata uang logam Cina mengandung 5% timah. Walhasil timah tak ubahnya “sembako” bagi Cina. Adalah orang Tiong Hoa yang sama kita ketahui berperan besar dalam membangun ekonomi Bangka berbasis sumber daya mineral timah. Dan Bong Hu But lah ahli dari Cina pertama yang diberi kuasa penuh mencari timah di wilayah Mentok hingga ke Bangka Utara, ke Bunut hingga ke Belinyu. Tiong Hoa berikutnya Boen A Siong, Oen A Siong alias Oen A Sing adalah ahli dan sekaligus kepala pekerja Cina. Pada masa penaklukan Inggris hampir 1600 pekerja Cina dikapalkan ke Mentok untuk membangun barak dan bertani. Kehadiran Belanda di Bangka setelah Inggris; mengimport penambang timah dari Guangdong hingga tercatat ditahun 1823 ada 4,000 penambang Cina (sedikit wanita dan anak-anak), dan pada masa ini hampir ada 3,000 kampung Tiong Hoa di Bangka. Tahun 1845 penambang Tiong Hoa dan pria dewasa Tiong Hoa sesuai dengan asalnya berjumlah: 4,178 Singkeh atau Hakka, 278 Hoklo (Chaozhou), dan 754 Peranakan. Diantara Cina Peranakan ada 28 Muslim. Tahun 1850 jumlah penambang Tiong Hoa di Bangka 5000 orang, meningkat 2000 – 3000 orang setiap tahun hingga tahun 1900. Ada 200 tambang operasi di Bangka, sehingga ada 9,000 Tiong Hoa di Bangka – diluar pria penambang ada 1,277 wanita dewasa, 1,010 anak lelaki dan 934 anak perempuan usia dibawah 12 tahun. Dan pada tahun 1852 jumlah orang Tiong Hoa di Bangka meningkat menjadi 14,000 orang, dimana tiga seperempatnya adalah pria dewasa pekerja tambang.
Peran saudagar timah Tiong Hoa: Era 100 tahun antara 1832-1932 adalah era kejayaan tauke timah Tiong Hoa yang berpangkat Letnan, Kapiten atau Mayor di Bangka. Tan Hong Kwee adalah kapten Tiong Hoa di Mentok tahun 1832 – 1839. Kemudian ada Lim Tja Sim; pengawas tambang timah di Toboali dan Koba. Berlanjut kepada Tan Kong Tian berpangkat Kapten. Diikuti oleh Lim Boe Sing tauke besar yang sempat merugi sewaktu mendatangkan kuli dari Tiongkok diawal 1900. Pengganti Tan pada tahun 1895 adalah mayor Tjoeng A Tiam, yang menjadi Letnan ditahun 1863. Dan mayor Tjoeng lah yang membangun rumah besar yang sampai hari ini masih tegak berdiri, dikenal sebagai RUMAH MAYOR di Mentok. Adapun Lim A Pat berperan di awal 1900, salah satu the big boss, berpangkat Letnan di Mentok Maret 1896 dan KAPTEN hingga 1915. Lim A Pat dikenal pula sebagai pemrakarsa pendirian sekolah THHK, Tiong Hoa Hwe Koan (PY: Zhonghua Huigian, Chinese Association) di Pangkalpinang tahun 1907. Dilanjutkan di Belinyu tahun 1908, Sungailiat tahun 1910, dan Toboali tahun 1912. Tauke Cina terakhir diantara tahun 1837 – 1935 adalah dari marga Bong. Perwira terakhir adalah Bong Joeng Kin (1927-1942) di Pangkalpinang. Setelah Perang Dunia II berakhir, maka berakhir masa Mayor, Kapten dan Letnan Belanda. Diantara para letnan, kapten dan mayor inilah terdapat nama seorang mayor dari keluarga Oen yang lengkapnya adalah: Majoor titulair der Chineezen Oen Kheng Boe (1870 – 1925), pemilik bioskop Banteng atau kala itu dikenal sebagai bioskop Hebe (nama dewi kaum muda dalam mitos Yunani).(GENI.COM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar